Sabtu, 12 Desember 2009

MODAL MANUSIA DALAM ORGANISASI

Manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam proses inovasi. Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang luar biasa. Ada tujuh komponen dari modal manusia, yakni:

1. Modal Intelektual
2. Modal Emosional
3. Modal Sosial
4. Modal Ketabahan
5. Modal Moral
6. Modal Kesehatan



Sebuah pohon yang terdapat pada ilustrasi 1 digunakan untuk melukiskan keenam modal manusia tersebut. Keenamnya sama penting, namun sebelum melihat masing-masing kepentingan modal tersebut berikut akan dijelaskan satu persatu modal manusia ini. Bagaimana makna dari masing-masing modal dapat dilihat pada ilustrasi 2.



MODAL INTELEKTUAL
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukaan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar yang mengatakan bahwa modal intelektual sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu kegiatan. Berbagai perusahaan yang unggul dan meraih banyak keuntungan adalah perusahaan yang terus menerus mengembangkan sumberdaya manusianya (lihat Ross, dkk, 1997).

Manusia harus memiliki sifat proaktif dan inovatif untuk mengelola perubahan lingkungan kehidupan (ekonomi, sosial, politik, teknologi, hukum dll) yang sangat tinggi kecepatannya. Mereka yang tidak beradaptasi pada perubahan yang super cepat ini akan dilanda kesulitan. Ibaratnya sebuah perjalanan sebuah perahu, pada saat ini sebuah organisasi tidak lagi berlayar di sungai yang tenang yang segala sesuatunya bisa diprediksi dengan tepat. Kini sungai yang dilayari adalah sebuah arung jeram yang ketidakpastian jalannya perahu semakin tidak bisa diprediksi karena begitu banyaknya rintangan yang tidak terduga. Dalam kondisi yang ditandai oleh perubahan yang super cepat manusia harus terus memperluas dan mempertajam pengetahuannya. dan mengembangkaan kretifitasnya untuk berinovasi.

Modal intelektual terletak pada kemauan untuk berfikir dan kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru, maka modal intelektual tidak selalu ditentukan oleh tingkat pendidikan formal yang tinggi. Banyak orang yang tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi tetapi dia seorang pemikir yang menghasilkan gagasan yang berkualitas. Dalam sejarah tercatat bahwa yang menemukan gagasan tentang elevator di luar gedung pada gedung tinggi hanyalah seorang janitor atau cleaning service. Ceritanya bermula dari keinginan para insinyur untuk membuat elevator dalam sebuah hotel karena kamar di lantai tiga dan di lantai empat tidak laku dijual. Gagasan awal adalah menjebol lantai untuk membuat elevator di dalam bangunan hotel. Tapi gagasan itu ditolak bagian cleaning service karena mereka akan bekerja lebih banyak membersihkan debu yang berterbangan ke seluruh lantai. Untuk menghindari hal tersebut pegawai cleaning service menyarankan agar elevator di buat di luar gedung. Itulah awalnya gagasan adanya lift capsule yang turun naik di luar dinding gedung. Modal intelektual memberikan buah yang manis, itulah sebabnya modal intelektual ini dilukiskan dengan bunga dan buah.

MODAL EMOSIONAL

Goldman menggunakan istilah Emotional Intelligence untuk menggambarkan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri sendiri, serta memahami emosi orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam berinteraksi dengan orang lain. Ada empat dimensi dari kecerdasan emosional yakni (Bradberry & Greaves, 2005) Self awareness, Self Management, Social Awareness, dan Relationship Management.

Orang yang memiliki modal emosional yang tinggi memiliki sikap positif di dalam menjalani kehidupan. Dia memiliki pikiran positif (positive thingking) di dalam menilai sebuah fenomena kehidupan betapapun buruknya fenomena tersebut di mata orang lain. Khususnya di dalam menghadapi perbedaan pendapat, orang yang memiliki modal emosional yang baik akan menyikapinya dengan positif, sehingga diperoleh manfaat yang besar bagi pengembangan diri, atau pengembangan sebuah konsep.

Pada sebuah pohon, bila modal intelektual dilukiskan dengan bunga dan buah, modal emosional yang sangat menentukan apakah modal intelektual ini akan berkembang atau terhambat dilukiskan oleh batang pohon yang kokoh.

MODAL SOSIAL
Istilah modal sosial (social capital) sudah lama muncul dalam literatur. Istilah ini pertama kali muncul di tahun 1916 di saat ada diskusi tentang upaya membangun pusat pembelajaran masyarakat (Cohen & Prusak, 2001). Dalam upaya membangun sebuah bangsa yang kompetitif peranan modal sosial semakin penting. Banyak kontribusi modal sosial untuk kesuksesan suatu masyarakat. Dalam era informasi yang ditandai semakin berkurangnya kontak berhadapan muka (face to face relationship), modal sosial sebagai bagian dari modal maya (virtual capital) akan semakin menonjol peranannya (lihat Ancok, 1998).

Modal Intelektual yang dilukiskan dengan buah baru tumbuh bila masing-masing orang berbagi wawasan. Untuk dapat berbagi wawasan orang harus membangun jaringan hubungan sosial dengan orang lainnya. Kemampuan membangun jaringan sosial inilah yang disebut dengan modal sosial yang dilukiskan dengan dahan-dahan dan ranting. Makin banyak dahan dan ranting akan makin besar kemungkinan buah yang akan tumbuh. Semakin luas pergaulan seseorang dan semakin luas jaringan hubungan sosial (social networking) semakin tinggi nilai seseorang.

MODAL KETABAHAN (ADVERSITY CAPITAL)
Konsep modal ketabahan berasal dari pandangan Paul G. Stoltz yang ditulis dalam buku Adversity Quotient: Turning Obstacles into Opportunities ( 1997). Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, apakah itu kehidupan pribadi ataukah kehidupan sebuah organsanisasi. Khususnya di saat menghadapi kesulitan, atau problem yang belum terpecahkan hanya mereka yang tabah yang akan berhasil menyelesaikannya. Demikian pula bila sebuah perusahaan sedang dilanda kesulitan karena tantangan berat yang dihadapinya karena kehadiran perubahan lingkungan yang membuat cara kerja lama tidak lagi memadai. Sebagaimana modal emosional, modal ketabahan ini juga dilukiskan dengan batang pohon yang menentukan apakan pohon akan tumbang atau tetap berdiri kokoh.

Berdasarkan perumpamaan pada para pendaki gunung, Stoltz membedakan tiga tipe manusia, quitter, camper dan climber. Tipe pendaki gunung yang mudah menyerah dinamainya dengan quitter yakni orang yang bila berhadapan dengan masalah memilih untuk melarikan diri dari masalah dan tidak mau menghadapi tantangan guna menaklukkan masalah. Orang seperti ini akan sangat tidak efektif dalam menghadapi tugas kehidupan yang berisi tantangan. Demikian pula dia tidak efektif sebagai pekerja sebuah organisasi bila dia tidak kuat.

Tipe camper adalah tipe yang berusaha tapi tidak sepenuh hati. Bila dia menghadapi sesuatu tantangan dia berusaha untuk mengatasinya, tapi dia tidak berusaha mengatasi persoalan dengan segala kemapuan yang dimilikinya. Dia bukan tipe orang yang akan mengerahkan segala potensi yang dimilikinya untuk menjawab tantangan yang dihadapinya. Bila tantangan persoalan cukup berat dan dia sudah berusaha mengatasinya tapi tidak berhasil, maka dia akan melupakan keinginannya dan beralih ke tempat lain yang tidak memiliki tantangan seberat itu.

Tipe ketiga adalah climber yang memiliki stamina yang luar biasa di dalam menyelesaikan masalah . Dia tipe orang yang pantang menyerah sesulit apapun situasi yang dihadapinya. Dia adalah pekerja yang produktif bagi organisasi tempat dia bekerja. Orang tipe ini memiliki visi dan cita-cita yang jelas dalam kehidupannya. Kehidupan dijalaninya dengan sebuah tata nilai yang mulia, bahwa berjalan harus sampai ketujuan. Orang yang tipe ini ingin selalu menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas (sense of closure) dengan berpegang teguh pada sebuah prinsip etika. Dia bukan tipe manusia yang ingin berhasil tanpa usaha. Bagi dia hal yang utama bukanlah tercapainya puncak gunung, tetapi adalah keberhasilan menjalani proses pendakian yang sulit dan menegangkan hingga mencapai puncak.

MODAL MORAL DAN SPIRITUAL
Banyak penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan sangat tergantung pada sejauh mana perusahaan berpegang pada prinsip etika bisnis di dalam kegiatan bisnis yang dilakukannya. Untuk berperilaku sesuai dengan kaidah etik perusahaan memeliki berbagai perangkat pendukung etik, yang salah satunya adalah manusia yang memiliki moral yang maengharamkan perilaku yang melanggar etik.

Kehancuran dan kemunduran berbagai perusahaan besar di USA seperti Enron (perusahaan listrik terbesar), dan Arthur Anderson (perusahaan konsultan keuangan yang beroperasi di seluruh dunia) disebabkan oleh perilaku bisnis yang melanggar etika bisnis. Demikian pula dengan kasus krisis keungan di Indonesia tahun 1997-1978 yang membuat perbankan Indonesia bangkrut karena kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) adalah disebabkan oleh perilaku para pemain bisnis yang tidak berpegang pada etika bisnis.

Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang berpegang pada prinsip etika memiliki citra perusahaan yang baik. Citra ini tidak hanya membuat orang suka membeli produk dan jasa perusahaan tersebut, tetapi juga membuat harga saham di pasar bursa meningkat secara signifikan. Selain itu perusahaan yang berperilaku etikal juga akan menarik banyak calon pekerja yang berkualitas untuk melamar menjadi pekerja di perusahaan tersebut (lihat Strategic Finance, vol 83, No. 7, p.20, January 2002). Sebaliknya kalau sebuah perusahaan melakukan perilaku yang melanggar etika bisnis maka kerugianlah yang akan dialaminya. Sebagai contoh sepatu Nike kehilangan banyak pembeli setelah ada publikasi yang luas mengenai anak-anak di bawah umur yang bekerja di perusahaan nike di negara dunia ke tiga penbuat seatu Nike ( Hawkins, D.I; Best, R.J. & Coney, K.A: Consumer Behavior: Building Marketing Strategy, McGraw-Hill, 1998 , p. 16).

Modal moral akhir-akhir ini banyak dibicarakan oleh para pakar. Salah satu buku yang membicarakan aspek modal ini adalah Moral Intelligence: Enhancing Business Performance and Leadership Success yang ditulis oleh Doug Lennick & Fred Kiel (2005). Kedua pakar ini menyusun alat pengukur Moral Competency Inventory ( Inventori untuk mengukur kompetensi moral). Ada empat komponen modal moral yang membuat seseorang memiliki kecerdasan moral yang tinggi yakni Integritas (integrity), Tanggung-jawab (responsibility), Penyayang (compassionate), dan Pemaaf (forgiveness).

Pentingnya modal moral dan spiritual ini sama halnya dengan akar pada pepohonan. Tanpa akan, sebuah pohon tidak akan dapat hidup apalagi tumbuh. Modal moral menjadi semakin penting peranannya karena upaya membangun manusia yang cerdas dengan IQ tinggi dan manusia yang pandai mengelola emosinya dalam berhubungan dengan orang lain tidaklah menghantarkan manusia pada kebermaknaan hidup. Kebermaknaan hidup adalah sebuah motivasi yang kuat yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang berguna. Hidup yang berguna adalah hidup yang memberi makna pada diri sendiri dan orang lain. Selain itu modal moral ini juga memberikan perasaan hidup yang komplit (wholeness). Inilah yang disebut oleh Abraham maslow dengan ‘Peak Experience’ , perasaan yang muncul karena kedekatan dengan sang Pencipta. Konsep yang demikian ini banyak yang menyebutnya dengan istilah modal spiritual (lihat Sinetar, 2000). Stephen Covey (1986) memasukkan bagian dari hal yang bersifat spiritual ini dalam bagian kegiatan manusia yang harus ditingkatkan agar manusia menjadi manusia yang efektif.

MODAL KESEHATAN
Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung manifestasi semua modal di atas. Badan yang tidak sehat akan membuat semua modal di atas tidak muncul dengan maksimal. Oleh karena itu kesehatan adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa bekerja dan berfikir secara produktif.

Stephen Covey (1986) dalam buku yang sangat laris berjudul Seven Habits of Highly Effective People, mengatakan bahwa kesehatan adalah bagian dari kehidupan yang harus selalu dijaga dan ditingkatkan kualitasnya sebagai pendukung manusia yang efektif. Bila badan sedang sakit semua sistim tubuh kita menjadi terganggu fungsinya, akibatnya kita jadi malas berfikir dan berbuat (modal intelektual) , dan seringkali emosi (modal emosional) kita mudah terganggu kestabilannya, dan seringkali kita mudah menyerah menghadapi tantangan hidup (modal ketabahan). Selain itu semangat untuk berinteraksi dengan orang lain (modal sosial) dengan orang lainpun menjadi berkurang.

Jadi ada benarnya kata orang bijak “pada badan yang sehat akan ada pikiran yang sehat”. Walaupun ada yang mengkritik pernyataan itu, karena banyak orang gila yang badannya sangat sehat tapi pikirannya kok sakit. Tapi menurut saya keseluruh komponen itu saling berinteraksi satu dengan lain seperti es teh jeruk nipis yang manis, sulit dipisahkan mana yang teh, mana yang ljeruk nipis, mana yang gula, dan mana yang air es.
(Oleh :Djamaludin Ancok)
Sumber : http://ancok.staff.ugm.ac.id/html/kategori_daftar.php?dsectio=4&cmd=resetall&n=4

Kamis, 10 Desember 2009

SBY: Reformasi dan Demokrasi di Indonesia Berjalan Benar

Proses reformasi dan demokrasi di Indonesia penuh gejolak dan pasang surut. Setelah 11 tahun berlalu, Presiden SBY menilai demokrasi dan reformasi di Indonesia telah berjalan dengan benar. Hal itu disampaikan SBY saat membuka Bali Democracy Forum (BDF) II di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Kamis (10/12/2009). Forum ini diikuti 63 negara di Asia Fasifik.

Dalam sambutannya, SBY menceritakan bahwa pada tahun 2009, Indonesia telah melalui dua peristiwa politik, yaitu yaitu Pilleg dan Pilpres.

Menurut SBY, dalam dua peristiwa tersebut, rakyat Indonesia tunjukkan partisipasi yang sangat besar. Sebab pemilu diikuti oleh 128 Juta pemilih atau 84 persen dari total pemilih.

"Hal ini membuktikan setelah tiga kali melakukan pemilu, kepercayaan rakyat terhadap sistem demokrasi. Berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) tercatat sekitar 90 persen percaya bahwa bangsa dan negara berada dalam arah yang benar," kata SBY.

SBY menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan bukti bahwa demokrasi telah secara sadar diterima. Demokrasi juga sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan Indonesia.

"Era Demokrasi dan Reformasi Indonesia kini telah berusia 11 tahun. Proses ini sama sekali tidak mudah tapi penuh dengan rintangan dan pasang surut," katanya.

Namun SBY bersyukur dalam proses yang labil tersebut, para pemimpin bangsa memiliki kesadaran dan niat baik, selalu bekerja sama seraya mencari konsensus dan kompromi, berani mengambil keputusan-keputusan yang sulit dan selalu mengajak masyarakat untuk berpartisipasi.

"Setelah mengalami masa yang penuh gejolak, demokrasi Indonesia kini mencapai suatu equilibrium yang baru, yang relatif stabil dan dimanis," kata SBY.

"Kami rakyat Indonesia belajar banyak dalam masa transisi reformasi dan demokratisasi yang penuh suka dan duka. Kami juga bersyukur, dalam perkembangannya kehidupan demokrasi yang makin mekar ini juga disertai pembangunan ekonomi yang makin berhasil dan politik yang makin stabil, pemerintahan yang bersih dan penegaka hukum yang makin terwujud," demikian SBY.

Pertemuan Bali Democracy Forum (BDF) II membahas keselarasan antara demokrasi dan pembangunan.

Tiga kepala negara, yaitu Perdana Menteri Jepang  Yukio Hatoyama, dan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao, serta Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, tercatat hadir dalam pertemuan ini. (Anto)

Minggu, 06 Desember 2009

PD Tidak Terkait Skandal Century


Dalam agenda Rapat Pimpinan Nasional Ke-III  (Rapimnas) yang diselengarakan diruang Assamblly I, JCC, Jakarta, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan akan memberikan pengarahan kepada peserta Rapimnas.

“Ketua Dewan Pembina akan memberikan pengarahan kepada peserta Rapimnas. Tentunya pengarahan beliau (Ketua Dewan Pembina-red) bermanfaat bagi peserta Rapimnas,” jelas Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo memberikan keterangan kepada wartawan Sabtu (5/12).

Ketum menjelaskan pula bahwa dalam Rapimnas juga akan dibahas perkembangan masalah-masalah politik terakhir yang sedang ditindaklanjuti DPR, misalnya terkait kasus Bibit-Chandra dan skandal Bank Century. Mengenai masalah Century,” tegas Hadi Utomo Partai Demokrat tidak terkait sama sekali dengan kasus penyelewengan dana Century.

"Soal Century, Partai Demokrat tidak ada kaitannya. Partai Demokrat sudah menjelaskan berulang kali dan kami juga akan menjelaskan hal ini kepada semua rekan-rekan pengurus dan anggota Demokrat tiap daerah dalam rapimnas ini,” kata Hadi kembali. (Wwn)

Pengikut